Motivasi Dan Pembelajaran
Motivasi berpangkal pada kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Motif sanggup dikatakan sebagai daya pelopor dari dalam dan di dalam subjek untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif sanggup diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi sanggup diartikan sebagai daya pelopor yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008: 73).
Baca Juga: PP Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Guru
Menurut Mc. Donald sebagaimana ditulis kembali oleh Sardiman (2008: 73-74) “motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhdap adanya tujuan”. Dari pengertian tersebut, motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu; (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan perubahan energi pada setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) afeksi seseorang, (3) Motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dari pendapat di atas, sanggup diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi yakni keseluruhan daya pelopor baik dari dalam diri maupun dari luar dengan membuat serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memperlihatkan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu sanggup tercapai.
B.Teori wacana Motivasi
B.Teori wacana Motivasi
Teori wacana motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut andal ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya (Sardiman, 2008: 80-81).
Dalam hal ini ada beberapa teori motivasi yang selalu bergayut pada soal kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis; menyerupai lapar, haus, istirahat, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa kondusif (security); bebas dari takut dan cemas.
3. Kebutuhan akan Cinta dan Kasih; rasa diterima dalam masyarakat atau golongan.
4. Kebutuhan untuk aktualisasi diri; membuatkan bakat.
Bila seorang guru ingin siswanya berguru dengan baik, maka harus dipenuhi seluruh kebutuhannya. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihi, tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, goncang harga dirinya, tentu tidak akan sanggup berguru dengan baik.
Selain teori diatas, ada teori-teori lain wacana motivasi yang perlu diketahui (Sardiman, 2008: 80-84), yaitu:
- Teori insting; Menurut teori ini tindakan setiap diri insan diasumsikan menyerupai tingkah jenis binatang. Tindakan insan itu dikatakan selalu berkait dengan instinf atau pembawaan. Dalam memperlihatkan respons terhadap adanya kebutuhan seakan-akan tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini yakni Mc. Dougall.
- Teori fisiologis; Teori ini juga disebutnya “Behavior Theoris” berdasarkan teori ini semua tindakan insan itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, menyerupai kebutuhan wacana makanan, minuman, udara dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kebutuhan badan seseorang. Dari teori inilah muncul usaha hidup, usaha untuk mempertahankan hidup, struggel for survival.
- Teori Psikoanalitik; Teori ini menyerupai dengan teori insting, namun lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa tindakan insan lantaran adanya unsur pribadi insan yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini yakni Freud.
C. Prinsip Motivasi Belajar
Prinsip-prinsip motivasi berguru perlu dipedomani guru. Sebab, dengan memedomani prinsip-prinsip motivasi belajar, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajarn yang motivasional. Suatu pembelajaran yang menggairahkan siswa untuk belajar, yang membuat siswa tidak tertekan ketika berguru dan menjadikan siswa butuh dengan kegiatan berguru (Ali Imron, 2011: 145).
Aktivitas berguru bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan terlepas dari factor lain. Aktivitas berguru merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu motivasi yang kuat. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip motivasi dalam berguru tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterapkan dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip motivasi dalam berguru (Sumiati & Asra, 2008: 237), yaitu:
- Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna lantaran sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka motivasi berguru siswa akan meningkat.
- Pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang telah dikuasai siswa sanggup dijadikan landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan selanjutnya.
- Motivasi berguru siswa akan meningkat kalau guru bisa menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditiru.
- Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melaksanakan tugas.
- Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa.
- Dapat membuatkan kemampuan berguru siswa menyerupai berfikir logis, sistematis, induktif, atau deduktif.
Sedangkan Ramayulis (2005: 120) mengemukakan beberapa prinsip motivasi dalam pembelajaran, diantaranya yaitu:
- Kebermaknaan; Peserta didik akan tertarik berguru kalau materi yang dipelajari mempunyai kegunaan atau penting bagi dirinya. Contoh, pendidik sanggup memperlihatkan argumen wacana perlunya akseptor didik menjauhi zina dengan membuat pola tanggapan orang yang melaksanakan zina.
- Pengetahuan dan keterampilan prasyarat; Peserta didik akan sanggup berguru dengan baik kalau ia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Contoh, akseptor didik akan tertarik mempelajarai tayamum kalau sebelumnya ia telah mempunyai pengetahuan wacana wudlu.
- Model; Peserta didik membutuhkan model untuk ditiru (uswah). Ia akan menguasai keterampilan gres dengan baik kalau guru memperlihatkan keteladanan yang baik untuk ditiru.
- Komunikasi terbuka; Adanya komunikasi yang terbuka antara guru dan akseptor didik. Kondisi pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa yang membuat akseptor didik merasa nyaman.
- Penilaian tugas; Pemberian kiprah terlalu sering akan membuat akseptor didik lelah. Sebaliknya, derma kiprah yang terlalu usang akan membuat akseptor didik tidak merasa dinilai hasil belajarnya. Sehingga kiprah yang baik ialah yang tidak terlalu cepat dan terlalu usang rentang waktunya.
- Mengembangkan bermacam-macam kemampuan; Sekolah perlu menyediakan banyak sekali pengalaman berguru yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan banyak sekali kecerdasan yang berbeda sanggup terlayani secara optimal. Hal ini yang perlukan yakni layanan unggul, bukan sekolah unggul.
- Melibatkan sebanyak mungkin indera; Peserta didik akan berguru secara optimal kalau dalam belajarnya dimungkinkan memakai sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
D. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melaksanakan kegiatan berguru sehingga tujuan pembelajarn tercapai (Munadi, 2008: 47).
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi sanggup memilih baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan ulet berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, ulet membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak hirau tak acuh, gampang putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran risikonya banyak mengalami kesulitan berguru (Ahmadi, 2004: 83).
Selain itu, berdasarkan E. Mulyasa (2013: 158) motivasi merupakan salah satu faktor yang turut memilih keefektifan bealajar lantaran motivasi mengakibatkan adanya tingkah laris kearah tujuan tertentu. Oleh lantaran itu, motivasi merupakan suatu cuilan yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran. Para akseptor didik akan berguru dengan sungguh-sungguh apabila mempunyai motivasi yang tinggi dan mereka akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin selalu terlibat dalam suatu kiprah atau kegiatan.
Semakin besar lengan berkuasa motivasi yang mendorong untuk berguru semakin tinggi hasil berguru yang mungkin untuk dicapai. Semakin penting arti suatu kegiatan bagi pemecahan kebutuhan tertentu semakin keras usaha yang dilakukan. Dan pendapat tersebut, maka untuk berguru dengan baik dibutuhkan motivasi. Makin sempurna motivasi yang kita berikan kemungkinan makin berhasil belajarnya.
Belajar sangat memerlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil berguru akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin sempurna motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pelajaran itu. Sehingga motivasi ini memengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2008: 85), yaitu:
- Mendorong insan untuk berbuat, jadi sebagai pelopor atau motor yang melepaskan energi. Penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
- Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
- Menyeleksi perbuatan, yakni memilih perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang harmonis guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong dan pelopor insan dalam berbuat, penentu perbuatan, dan sanggup menyeleksi perbuatan manusia. Adanya motivasi dalam diri insan selama proses berguru mengajar yakni penting untuk mencapai tingkat keberhasilan belajarnya. Adanya intensitas motivasi dalam diri siswa, akan sangat memilih pencapaian prestasi berguru siswa. Untuk itu guru harus sanggup memperlihatkan dan menumbuhkan motivasi berguru siswa seoptimal mungkin melalui keterampilan-keterampilan mengajar yang dikuasai dan dimilikinya.
E. Macam-macam Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua macam (Sardiman, 2008: 89-90), yaitu:
1. Motivasi Instrinsik
Yakni motif-motif menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, lantaran dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Sebagai pola seseorang yang bahagia membaca, maka tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Jika dilihat dari tujuan belajar, maka motivasi instrinsik ini yakni ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan berguru itu sendiri. Sebagai pola konkrit, seorang siswa itu melaksanakan belajar, lantaran betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan supaya sanggup berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak lantaran tujuan yang lainnya. Instrinsic motivation are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes.
Motivasi Instrinsik contohnya ialah siswa yang belajar, lantaran memang ia ingin mendapat pengetahuan, nilai ataupun keterampilan supaya sanggup mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik sanggup juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya kegiatan berguru dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan kegiatan belajarnya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yakni motif-motif yang aktif lantaran adanya rangsangan dari luar. Sebagi pola seseorang itu berguru lantaran keesokan harinya akan ujian dengan cita-cita mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh gurunya, orang tuanya, atau temannya. Makara berguru bukan lantaran ingin mengetahui sesuatu, tapi lantaran nilai atau hadiah.
Misalnya, seseorang berguru lantaran tahu besok akan ada ulangan dengan cita-cita mendapat nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin berguru untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan berguru bukan untuk mendapat pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapat nilai baik, kebanggaan ataupun hadiah dari orang lain. Ia berguru lantaran takut eksekusi dari guru atau orang tua. Waktu berguru yang tidak terang dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi pola bahwa seseorang berguru lantaran adanya motivasi ekstrinsik.
F. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi sangat dibutuhkan baik instrinsik maupun ekstrinsik. Dengan motivasi, pelajar sanggup membuatkan kegiatan dan inisiatif, sanggup mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Donal O. Hebb dalam Munadi (2008: 47) menjelaskan bahwa guru sanggup memotivasi siswanya dengan dua cara yakni arousal dan expectancy, pertama ia menyebutnya arousal yakni suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive siswanya. Sedangkan yang kedua expectancy yakni keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu cita-cita yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu.
Secara lebih rinci, bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalm kegiatan belajar-mengajar disekolah (Sardiman, 2008: 92-95), diantaranya ialah: (1) Memberi angka (nilai), (2) Hadiah, (3) Saingan/kompetisi, (4) Ego-Envolvement, (5) Memberi ulangan/ujian, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui.
Di samping bentuk-bentuk motivasi yang sudah dijelaskan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam-macam motivasi itu sanggup dikembangkan dan diarahkan untuk sanggup melahirkan hasil berguru yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Asri, Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
E. MulyasA. 2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Munadhi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama islam. Jakarta: Kalam Mulia
Sardiman. 2008. Interaksi dam Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
0 Response to "Motivasi Dan Pembelajaran"
Post a Comment