Calistung : Anak Paud Jangan Ajarkan Ba Bi Bu Be Bo Ini Penjelasannya!
Jangan ajarkan anak calistung yang konvensional. Coba bapak ibu menulis atau baca kata ikuradesta, kansahameda bingungkan alasannya ialah tidak mengerti. Coba aku bilang ikuradesta itu artinya harganya berapa atau kansahameda artinya terimakasih. Hal tersebut disampaikan Direktur Pembinaan PAUD, R. Ella Yulaelawati R., M.A. Ph.D pada kegiatan “Seminar Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum 2013 PAUD” yang dilaksanakan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) DKI Jakarta (Jakarta, 29/08/2018).
Lebih lanjut Ella Yulaelawati menjelaskan, bila kita lihat buku-buku PAUD “ka ka ki ki ke ke” “ba ba bi bi be be”. Ikuradesta itu bahasa korea, kansehamada itu bahasa jepang. Mereka tersiksa mendapatkan bahasa yang tidak dimengerti, atau bahasa apa. Calistung tanpa makna, tidak perlu itu. Kalau memang mau membaca untuk anak, bekerja dengan anak, mendogeng berdasarkan buku bacaan, baca buku satu-satu, anak mengenali, hafal abjad harusnya.
Anak usia dini perlu diajarkan lagu-lagu wacana NKRI. Menurut Ella Yulaelawai, lagu-lagu lain saja anak sanggup hafal, tapi jarang diajarkan lagu garuda pancasila. Saya bila ke Taman Kanak-kanak (PAUD) sering meminta anak menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Satu nusa satu bangsa lagu-lagu wacana NKRI jadi menyerupai itulah. Satu nusa, satu bangsa, mereka hafal dan untuk bermain kiprahnya juga dapat. Garuda pancasila itu untuk patriotisme. Jadikan anak itu pabrik kosa kata boleh, tetapi dijejali dengan bahasa aneh-aneh “ka ka ki ki ku ke ke ko ko” tetap saja pusing buat anak.
Dalam acara menulis, anak juga mempunyai beberapa tahap harus yang dilalui. Aktivitas awalnya didapatkan dari perhatian di sekelilingnya. Anak perlu melalui tahapan perkembangan sebelum mereka menulis kalimat dan mencar ilmu kata-kata. Menurut Brown (Susanto, 2014: 93) terdapat empat tahapan menulis.
Tahap pertama, pre communicative writing, pada tahap ini anak mencar ilmu bahwa huruf-huruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan berkomunikasi. Anak akan memperhatikan orang renta dan sekelilingnya membaca dan menulis sekalipun anak belum menghubungkan abjad dan bunyi.
Tahap kedua, semphonic writing, tahap ini anak mulai memahami huruf, suara dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata. Hal ini ditunjukkan Nera yang sudah sanggup mendeteksi abjad dan mengucapkannya.
Tahap ketiga, phonic writing¸ tahap ini anak mulai mengeja suara berdasarkan struktur kata. Tahap ini ditunjukkan oleh Nera. Ia sering mengeja dan mengulang kata yang didapatkan.
Tahap keempat, trantitional writing, tahap ini merupakan tahapan transisi di mana anak mulai mengikuti hukum untuk standar ejaan. Tahap ini, Orang renta sanggup mendampingi anak untuk menciptakan tulisan. Saat anak sudah sanggup mendeteksi abjad dan mengucapkannya. Anak perlu diberikan kebebasan menulis untuk memindahkan susunan abjad yang masih di dalam ingatannya ke dalam tulisan.
Lebih lanjut Ella Yulaelawati menjelaskan, bila kita lihat buku-buku PAUD “ka ka ki ki ke ke” “ba ba bi bi be be”. Ikuradesta itu bahasa korea, kansehamada itu bahasa jepang. Mereka tersiksa mendapatkan bahasa yang tidak dimengerti, atau bahasa apa. Calistung tanpa makna, tidak perlu itu. Kalau memang mau membaca untuk anak, bekerja dengan anak, mendogeng berdasarkan buku bacaan, baca buku satu-satu, anak mengenali, hafal abjad harusnya.
Anak usia dini perlu diajarkan lagu-lagu wacana NKRI. Menurut Ella Yulaelawai, lagu-lagu lain saja anak sanggup hafal, tapi jarang diajarkan lagu garuda pancasila. Saya bila ke Taman Kanak-kanak (PAUD) sering meminta anak menyanyikan lagu Garuda Pancasila. Satu nusa satu bangsa lagu-lagu wacana NKRI jadi menyerupai itulah. Satu nusa, satu bangsa, mereka hafal dan untuk bermain kiprahnya juga dapat. Garuda pancasila itu untuk patriotisme. Jadikan anak itu pabrik kosa kata boleh, tetapi dijejali dengan bahasa aneh-aneh “ka ka ki ki ku ke ke ko ko” tetap saja pusing buat anak.
Dalam acara menulis, anak juga mempunyai beberapa tahap harus yang dilalui. Aktivitas awalnya didapatkan dari perhatian di sekelilingnya. Anak perlu melalui tahapan perkembangan sebelum mereka menulis kalimat dan mencar ilmu kata-kata. Menurut Brown (Susanto, 2014: 93) terdapat empat tahapan menulis.
Tahap pertama, pre communicative writing, pada tahap ini anak mencar ilmu bahwa huruf-huruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan berkomunikasi. Anak akan memperhatikan orang renta dan sekelilingnya membaca dan menulis sekalipun anak belum menghubungkan abjad dan bunyi.
Tahap kedua, semphonic writing, tahap ini anak mulai memahami huruf, suara dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata. Hal ini ditunjukkan Nera yang sudah sanggup mendeteksi abjad dan mengucapkannya.
Tahap ketiga, phonic writing¸ tahap ini anak mulai mengeja suara berdasarkan struktur kata. Tahap ini ditunjukkan oleh Nera. Ia sering mengeja dan mengulang kata yang didapatkan.
Tahap keempat, trantitional writing, tahap ini merupakan tahapan transisi di mana anak mulai mengikuti hukum untuk standar ejaan. Tahap ini, Orang renta sanggup mendampingi anak untuk menciptakan tulisan. Saat anak sudah sanggup mendeteksi abjad dan mengucapkannya. Anak perlu diberikan kebebasan menulis untuk memindahkan susunan abjad yang masih di dalam ingatannya ke dalam tulisan.
0 Response to "Calistung : Anak Paud Jangan Ajarkan Ba Bi Bu Be Bo Ini Penjelasannya!"
Post a Comment